Kudus – Di Indonesia, perbedaan awal puasa dan Idul Fitri sudah menjadi hal yang biasa. Namun pada tahun 2017 ini, awal puasa dan Lebaran diperkirakan akan seragam. Tak hanya tahun ini saja, keseragaman ini diprediksi akan berlangsung hingga tahun 2021 mendatang.
Selama ini perbedaan awal Ramadan maupun Idul Fitri terjadi, lantaran penggunaan metode yang digunakan untuk menentukan bulan baru. Dua ormas keagamaan NU dan Muhammadiyah mempunyai dua pendekatan yang berbeda.
Muhammadiyah, menggunakan metode wujudul hilal atau yang lebih dikenal dengan istilah hisab. Pendekatan tersebut menetapkan jatuhnya awal Ramadhan dan Idul Fitri dengan menghitung posisi bumi terhadap matahari dan bulan secara matematis dan astronomis.
Sementara NU menggunakan metode rukyatul hilal atau lebih dikenal dengan istilah rukyat. Rukyat merupakan suatu metode yang hanya mengamati visibilitas hilal tanpa memperhitungkannya secara matematis dan astronomis.
Perbedaan terjadi lantaran posisi hilal masih berada di antara 0-2 derajat. “Selama ini perbedaan muncul karena posisi bulan antara 0 – 2 derajat, sehingga tidak bisa teramati secara langsung. Namun perhitungan astronomis sudah menunjukkan hilal tampak,” kata Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dikutip dari Kompas.com, Kamis (25/5/2017).
Ia menyebut, pada tahun 2017 hingga 2012, awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha kemungkinan besar akan sama. Posisi bulan di langit saat awal bulan komariah pada tahun tersebut, cukup mendukung keseragaman hari-hari penting bagi umat muslim.
“Sampai tahun 2021, posisi bulan di luar 0-2 derajat. Jadi, ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan sama,” ujarnya.
Ada dua syarat sehingga hilal – bulan sabit sangat tipis penanda awal bulan komariah – dinyatakan sah dan bisa jadi tanda awal bulan. Pertama, hilal harus cukup tebal dan menonjol di tengah cahaya senja. Kedua, hilal harus cukup tinggi sehingga cahayanya tidak pudar oleh pengaruh matahari senja.
Pada awal puasa 2017 nanti, posisi bulan diperkirakan sudah pada ketinggian 7 – 8 derajat dari ufuk sehingga akan mudah terlihat. Sementara, saat Lebaran, ketinggian diprediksi 2-3 derajat.
sumber ; koranmuria.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar