Rabu, 31 Mei 2017

Merasa Dicurangi SPBU di Jakarta, Pria ini Coba Buktikan Langsung, Hasilnya Bikin Netizen Marah

Sebuah video yang diunggah oleh pengguna Facebook bernama Beldy Risyan Hukom, menjadi viral.
Video ini diunggah pada 30 Mei 2017.
Menurut Beldy Risyan Hukom, ia mengambil video ini pada hari yang sama, pukul 15.30 WIB.
Dalam video ini, Beldy Risyan Hukom membuktikan kecurangan yang dialaminya di sebuah SPBU di bilangan Jakarta Pusat.
Ia membeli bensin Pertamax, tapi yang didapatnya ternyata tak sesuai dengan jumlah yang dibayarnya.
Menurut Beldy Risyan Hukom, ia membeli Pertamax sebanyak 4 liter.
Ia mengaku sudah curiga karena ada kejanggalan saat petugas mengisikan bensin.
Ia kemudian komplain ke petugas pengisi.

Petugas itu lalu menyuruh Beldy Risyan Hukom  untuk komplain ke kantor.
Beldy Risyan Hukom kemudian memutuskan untuk membuktikan isi bensin di depan karyawan SPBU tersebut.
Beldy menguras bensin di motornya.


HEBOH... WOW.. Merasa Dicurangi SPBU di Jakarta, Pria ini Coba Buktikan Langsung, Hasilnya Bikin Netizen Marah

Nah, setelah bensin dikuras, isi bensin di dalam tangki motor Beldy ternyata hanya berisi 3 liter.
Petugas SPBU kemudian memberikan Beldy Risyan Hukom satu liter bensin di kaleng sebagai ganti rugi.


Lewat statusnya, Beldy menyayangkan insiden yang ia alami ini.
"Berapa kerugian yang dialami konsumen kalau mobil pengisian 20 liter dan didapatkan hanya 15 liter. Kalikan saja, semoga kita lebih jeli lagi saat di SPBU," tulis Beldy Risyan Hukom.

Belum juga sehari, video ini sudah dibagikan 17.000 kali oleh netizen di Facebook.
Sejumlah komentar rata-rata ikut menyayangkan kecurangan yang dialami Beldy.
Seperti yang ditulis pengguna FB dengan akun Aniek Maniest Mandzha : Hadehhhh mengerikannnn...perlu di laporkann itu..pasti udah banyk kondumrn yg jadi korbann,"
Beberapa juga khawatir akan mendapat perlakuan yang sama, sehingga meminta pihak kepolisian untuk mengusut kasus ini.


Lihat videonya :


Kamis, 25 Mei 2017

Selama Muhammadiyah Masih Pakai Wujudul Hilal, Perbedaan Hari Raya Bisa Terjadi

Oleh Prof. Dr. T. Djamaluddin

DutaIslam.Com - Perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha sering terjadi di Indonesia. Penyebab utama bukan perbedaan metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan), tetapi pada perbedaan kriterianya. Kalau mau lebih spesifik merujuk akar masalah, sumber masalah utama adalah Muhammadiyah yang masih kukuh menggunakan hisab wujudul hilal. 

Bila posisi bulan sudah positif di atas ufuk, tetapi ketinggiannya masih sekitar batas kriteria visibilitas hilal (imkan rukyat, batas kemungkinan untuk diamati) atau lebih rendah lagi, dapat dipastikan terjadi perbedaan. Perbedaan terakhir kita alami pada Idul Fitri 1327 H/2006 M dan 1428 H/2007 H serta Idul Adha 1431/2010. Idul Fitri 1432/2011, 1433/2012, 1434/2013, dan 1435/2014 juga terjadi perbedaan. 

Masyarakat dibuat bingung, tetapi hanya disodori solusi sementara, “mari kita saling menghormati”. Adakah solusi permanennya? Ada, Muhammadiyah bersama ormas-ormas Islam harus bersepakati untuk mengubah kriterianya.

Mengapa perbedaan itu pasti terjadi ketika bulan pada posisi yang sangat rendah, tetapi sudah positif di atas ufuk? Kita ambil kasus penentuan Idul Fitri 1432/2011. Pada saat Maghrib 29 Ramadhan 1432/29 Agustus 2011 tinggi bulan di seluruh Indonesia hanya sekitar 2 derajat atau kurang, tetapi sudah positif. 

Perlu diketahui, kemampuan hisab sudah dimiliki semua ormas Islam secara merata, termasuk NU dan Persis, sehingga data hisab seperti itu sudah diketahui umum. Dengan perangkat astronomi yang mudah didapat, siapa pun kini bisa menghisabnya. 

Dengan posisi bulan seperti itu, Muhammadiyah sejak awal sudah mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011 karena bulan (“hilal”) sudah wujud di atas ufuk saat Maghrib 29 Agustus 2011. Tetapi Ormas lain yang mengamalkan hisab juga, yaitu Persis (Persatuan Islam), mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus 2011 karena mendasarkan pada kriteria imkan rukyat (kemungkinan untuk rukyat) yang pada saat Maghrib 29 Agustus 2011 bulan masih terlalu rendah untuk bisa memunculkan hilal yang teramati.
NU yang mendasarkan pada rukyat masih menunggu hasil rukyat. Tetapi, dalam beberapa kejadian sebelumnya seperti 1427/2006 dan 1428/2007, laporan kesaksian hilal pada saat bulan sangat rendah sering kali ditolak karena tidak mungkin ada rukyat dan seringkali pengamat ternyata keliru menunjukkan arah hilal.

Jadi, selama Muhammadiyah masih bersikukuh dengan kriteria wujudul hilalnya, kita selalu dihantui adanya perbedaan hari raya dan awal Ramadhan. Seperti apa sesungguhnya hisab wujudul hilal itu? Banyak kalangan di intern Muhammadiyah mengagungkannya, seolah itu sebagai simbol keunggulan hisab mereka yang mereka yakini, terutama ketika dibandingkan dengan metode rukyat. Tentu saja mereka anggota fanatik Muhammadiyah, tetapi sesungguhnya tidak paham ilmu hisab.  

Oktober 2003 saya diundang Muhammadiyah sebagai narasumber pada Munas Tarjih ke-26 di Padang. Saya diminta memaparkan “Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla’ Wilayatul Hukmi”. Saya katakan  wujudul hilal hanya ada dalam teori, tidak mungkin bisa teramati. 

Pada kesempatan lain saya sering mengatakan teori/kriteria wujudul hilal tidak punya landasan kuat dari segi syar’i dan astronomisnya. Dari segi syar’i, tafsir yang merujuk pada QS Yasin 39-40 terkesan dipaksakan. Dari segi astronomi, kriteria wujudul hilal adalah kriteria usang yang sudah lama ditinggalkan di kalangan ahli falak.

Kita ketahui, metode penentuan kalender yang paling kuno adalah hisab urfi (yang kini digunakan oleh beberapa kelompok kecil di Sumatera Barat dan Jawa Timur, yang hasilnya beda dengan metode hisab atau rukyat). Lalu berkembang hisab imkan rukyat, tetapi masih menggunakan hisab taqribi (pendekatan) yang akurasinya masih rendah. 

Muhammadiyah pun sempat menggunakannya pada awal sejarahnya. Kemudian untuk menghindari kerumitan imkan rukyat, digunakan hisab ijtimak qablal ghurub (konjungsi sebelum matahari terbenam) dan hisab wujudul hilal (hilal wujud di atas ufuk yang ditandai bulan terbenam lebih lambat daripada matahari). 

Kini, kriteria wujudul hilal mulai ditinggalkan, kecuali oleh beberapa kelompok atau negara yang masih kekurangan ahli hisabnya, seperti oleh Arab Saudi untuk kalender Ummul Quro-nya. Kini para pembuat kalender cenderung menggunakan kriteria imkan rukyat karena bisa dibandingkan dengan hasil rukyat. Perhitungan imkan rukyat sudah sangat mudah dilakukan, terbantu dengan perkembangan perangkat lunak astronomi. Informasi imkanrur rukyat atau visibilitas hilal juga sangat mudah diakses secara online di internet.

Muhammadiyah yang tampaknya terlalu ketat menjauhi rukyat terjebak pada kejumudan (kebekuan pemikiran) dalam ilmu falak atau astronomi terkait penentuan sistem kalendernya. Mereka cukup puas dengan wujudul hilal, kriteria lama yang secara astronomi dapat dianggap usang. Mereka mematikan tajdid (pembaharuan) yang sebenarnya menjadi nama lembaga think tank mereka, Majelis Tarjih dan Tajdid. Sayang sekali. 

Sementara ormas Islam lain terus berubah. NU yang pada awalnya cenderung melarang rukyat dengan alat, termasuk kacamata, kini sudah melengkapi diri dengan perangkat lunak astronomi dan teleskop canggih. Mungkin jumlah ahli hisab di NU jauh lebih banyak daripada di Muhammadiyah, walau mereka pengamat rukyat. 

Sementara Persis (Persatuan Islam), ormas “kecil” yang sangat aktif dengan Dewan Hisab Rukyat-nya berani beberapa kali mengubah kriteria hisabnya. Padahal, Persis  kadang mengidentikkan sebagai “saudara kembar” Muhammadiyah karena memang mengandalkan hisab, tanpa menunggu hasil rukyat. 

Persis beberapa kali mengubah kriterianya, dari ijtimak qablal ghrub, imkan rukyat 2 derajat, wujudul hilal di seluruh wilayah Indonesia, sampai imkan rukyat astronomis yang diterapkan. Lalu mau ke mana Muhammadiyah? Kita berharap Muhammadiyah, sebagai ormas besar yang modern, mau berubah demi penyatuan Ummat. Semoga! [dutaislam.com/ ab]


Suami Jadi Buah Bibir Netizen, Artis Cantik ini Tetap Bahagia, Hidupnya Fantastis

Beberapa waktu lalu, pernikahan artis cantik Indonesia, Fiona Fachru Nisa dengan seorang pengusaha, Roni Fauzan sempat jadi perbincangan publik.
Fiona Fachru Nisa, merupakan artis berkebangsaan Indonesia kelahiran Medan, 21 Juli 1994.
Suami Jadi Buah Bibir Netizen, Artis Cantik ini Tetap Bahagia, Hidupnya Fantastis
Namanya dikenal ketika ia berhasil meraih gelar runner up dalam ajang Miss Celebrity Indonesia di tahun 2011.
Sejak itu ia pun sering bermain dalam sinetron maupun film layar lebar.
Namanya semakin melambung setelah ia menjadi presenter acara tv Eat Bulaga yang tayang di ANTV.
Dalam Eat Bulaga ia menjadi pengisi acara bersama Vicky Prasetyo.
Tak pelak, karena sering mengisi acara bersama, Fiona dan Vicky Prasetyo dikabarkan pernah dekat.
Sempat dekat, akhirnya Fiona memilih mengakhiri hubungannya dengan mantan Zaskia Gotix tersebut.
Fiona menikah dengan manajer tim sepakbola Mitra Kukar, Roni Fauzan.
Pada Sabtu (17/12/2016) kemarin, seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untuk keduanya.
Namun kesedihan justru melanda hati Fiona.
Fiona bahkan mengaku terus menangis sejak dimulainya resepsi pernikahan keduanya yang digelar di Hotel JW Marriott, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
Dalam pesta mewah itu, ia tampak hadir sendirian tanpa kehadiran sang suami.
Busana yang ia kenakan pun sangat kontras dengan dekorasi pesta di sekelilingnya.
Fiona hanya menggunakan baju panjang berwarna putih dengan aksen hijau.
Padahal dekorasi resepsi pernikahan tersebut bisa dibilang sangat mewah karena mengambil tema fairytale.
Bukan hanya itu saja, pernikahan Fiona dan Roni ini juga sering mendapat komentar negatif netizen.
Netizen julid sering mengomentari fisik dan usia dari suami Fiona.
"Didandani donk suaminya biar ng kelihatan kucel gitu."
"Aduh suaminya kyk kuli bangunan."
"Di kirain bpa sma anak ternyataaaa...suami nya."
"Seperti bapak dan anak."
"Itu mah pantesan jd bapak.a."
Sering mendapat komentar yang menjelek-jelekkan suaminya, Fiona pun pernah meluapkan kemarahannya di Instagram.
Lewat akun Instagramnya @fionafachru, Fiona meminta netizen untuk berhenti menjelek-jelekkan suaminya.
Berikut kemarahan yang pernah dituliskan oleh Fiona:
Instagram
"STOP NgeBULLY yaaa!!
Gak cape yaaaaa udah sebulan ngatain orang trus..
baca nyaaaa aja capek, masa yg ngetik gk pegel..
Sebelum ngatain , bercermin dl..
Gak tau lho kedepannya hidup kalian juga gimana, anak kalian gimana atau keluarga kalian juga akan gimana..
Instagram
kami berdua bahagia, kenapa kalian harus repot..
Buat apa nikah sama yg muda tapi gk bisa buat nyaman..
Ganteng atau jelek itu relatif.
Instagram
Kl dptin cowo yg mapan itu Bonus yg Allah kasih buat kita sesuai dengan perbuatan kita selama ini.
Hidup itu pilihan guys!
Untuk semua temen2 yg mendoakan terimakasih banyaaaakk ya," tulis Fiona.
Namun meski sudah diperingatkan, netter tak mau berhenti menuliskan komentar negatif tentang suaminya.
Instagram
Fiona pun kini sudah tak lagi peduli dengan berbagai komentar dari netizen.
Terbukti ia tetap bisa berbahagia dan menerima sang suami apa adanya.
Dari berbagai postingan di Instagram, juga terlihat jika Fiona menikmati perannya sebagai seorang istri.
Berikut adalah foto-foto potret kebahagiaan Fiona dengan sang suami:
Instagram
sumber ; m.tribunnews.com

BACA SEJARAH INI ... Karomah Terciptanya Shalawat Badar yang Digunakan Untuk Melawan PKI

Shalawat Badar adalah “Lagu Wajib” Nahdlatul Ulama. Berisi puji-pujian kepada Rasulullah SAW dan Ahli Badar (Para Sahabat yang mati syahid dalam Perang Badar). Berbentuk Syair, dinyanyikan dengan lagu yang khas.

Shalawat Badar digubah oleh Kiai Ali Mansur Banyuwangi, salah seorang cucu dari KH. Muhammad Shiddiq Jember tahun 1960. Kiai Ali Mansur saat itu menjabat Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, sekaligus menjadi Ketua PCNU di tempat yang sama.
teks sholawat badar

Proses terciptanya Shalawat Badar penuh dengan misteri dan teka-teki. Konon, pada suatu malam, Kiai Ali Mansur tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena terus menerus memikirkan situasi politik yang semakin tidak menguntungkan NU. 

Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh kiai-kiai di pedesaan. Karena memang kiai-lah pesaing utama PKI saat itu. Sambil merenung, Kiai Ali Mansur terus memainkan penanya diatas kertas, menulis syair-syair dalam bahasa arab. Dia memang dikenal mahir membuat syair sajak ketika masih belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri.

Kegelisahan Kiai Ali Mansur berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya bermimpi didatangi para habib berjubah putih-hijau. Semakin mengherankan lagi, karena pada saat yang sama istrinya bermimpi bertemu Rasulullah SAW.

Keesokan harinya, mimpi itu ditanyakan pada Habib Hadi Al-Haddar Banyuwangi. Habib Hadi menjawab: “Itu Ahli Badar, ya Akhy.” Kedua mimpi aneh dan terjadi secara bersamaan itulah yang mendorong dirinya menulis syair, yang kemudian dikenal dengan Shalawat Badar.

Keheranan muncul lagi karena keesokan harinya banyak tetangga yang datang ke rumahnya sambil mebawa beras, daging, dan lain sebagainya, layaknya akan mendatangi orang yang akan punya hajat mantu. Mereka bercerita, bahwa pagi-pagi buta pintu rumah mereka didatangi orang berjubah putih yang memberitahukan bahwa di rumah Kiai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Mereka diminta membantu. Maka mereka pun membantu sesuai dengan kemampuannya.

“Siapa orang yang berjubah putih itu?” Pertanyaan itu terus mengiang-ngiang dalam benak Kiai Ali Mansur tanpa jawaban. Namun malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk menyambut kedatangan tamu, yang mereka sendiri tidak tahu siapa, dari mana dan untuk apa? 

Menjelang matahari terbit, serombongan habib berjubah putih-hijau dipimpin oleh Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang Jakarta, datang kerumah Kia Ali Mansur.

“Alhamdulillah………,” ucap kiai Ali Mansur ketika melihat rombongan yang datang adalah para habaib yang sangat dihormati keluarganya. 
Setelah berbincang basa-basi sebagai pengantar, membahas perkembangan PKI dan kondisi politik nasional yang semakin tidak menguntungkan, Habib Ali menanyakan topik lain yang tidak diduga oleh Kiai Ali Mansur: “Ya Akhy! Mana Syair yang ente buat kemarin? Tolong ente bacakan dan lagukan di hadapan kami-kami ini!”

Tentu saja Kiai Ali Mansur terkejut, sebab Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya semalam. Namun ia memaklumi, mungkin itulah karomah yang diberikan Allah kepadanya. Sebab dalam dunia kewalian, pemandangan seperti itu bukanlah perkara aneh dan perlu dicurigai.

Segera saja Kiai Ali Mansur mengambil kertas yang berisi Shalawat Badar hasil gubahannya semalam, lalu melagukannya di hadapan mereka. Secara kebetulan Kiai Ali Mansur juga memiliki suara bagus. 

Di tengah alunan suara Shalawat Badar itu, para Habaib mendengarkannya dengan khusyuk. Tak lama kemudian mereka meneteskan air mata karena haru. Selesai mendengarkan Shalawat Badar yang dikumandangkan oleh Kiai Ali Mansur, Habib segera bangkit. “Ya Akhy….! Mari kita perangi genjer-genjer PKI itu dengan Shalawat Badar…!” serunya dengan nada mantap.

Setelah Habib Ali memimpin doa, lalu rombongan itu mohon diri. Sejak saat itu terkenallah Shalawat Badar sebagai bacaan warga NU untuk membangkitkan semangat melawan orang-orang PKI. Untuk lebih mempopulerkannya, Habib Ali mengundang para habib dan ulama (termasuk Kiai Ali Mansur dan KH. Ahmad Qusyairi, paman Kiai Ali Mansur) ke Jalan Kwitang, Jakarta. Di forum istimewa itulah Shalawat Badar dikumandangkan.

Inilah teks sholawat badar yang diciptakan Kiai Ali Mansur itu. 

صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ  عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
Shalaatullaah Salaamul laah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah

صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ  عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Shalaatullaah Salaamullah ‘Alaa Yaa Siin Habiibillaah

تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ  وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
Tawassalnaa Bibismi llaah Wabil Haadi Rasuulillaah

وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ  بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wakulli Mujaahidin Lillaah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلاُمـَّة  مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
llaahi Sallimil Ummah Minal Aafaati Wanniqmah

وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wamin Hammin Wamin Ghummah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ  جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَا صْرِفْ
Ilaahi Najjinaa Waksyif Jamii’a Adziyyatin Wahrif

مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Makaa idal ‘idaa wal thuf Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا  مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
llaahi Naffisil Kurbaa Minal’Ashiina Wal’Athbaa

وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا  بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wakulli Baliyyatin Wawabaa Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ  وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
Wakam Min Rahmatin Washalat Wakam Min Dzillatin Fashalat

وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ  بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wakam Min Ni’matin Washalat Bi Ahlil Bailri Yaa Allaah

وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ  وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
Wakam Aghnaita Dzal ‘Umri Wakam Autaita D’Zal Faqri

وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wakam’Aafaita Dzal Wizri Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ  جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
Laqad Dlaaqat’Alal Oalbi Jamii’ul Ardli Ma’ Rahbi

فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ  بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Fa Anji Minal Balaas Sha’bi Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـد  وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
Atainaa Thaalibir Rifdi Wajullil Khairi Was Sa’di

فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Fawassi’ Minhatal Aidii Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ  بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
Falaa Tardud Ma’al Khaibah Balij’Alnaa’Alath Thaibah

اَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Ayaa Dzal ‘lzzi Wal Haibah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ  بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
Wain Tardud Faman Ya-Tii Binaili Jamii’i Haajaati

اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Ayaa jalail mulimmaati Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا  بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا
llaahighfir Wa Akrimnaa Binaili Mathaalibin Minnaa

وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wadaf i Masaa-Atin ‘Annaa Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

اِلهِـى اَنـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ  وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
llaahii Anta Dzuu Luthfin Wadzuu Fadl-Lin Wadzuu ‘Athfin

وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wakam Min Kurbatin Tanfii Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ  بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
Washalli ‘Alan Nabil Barri Bilaa ‘Addin Walaa Hashri

وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ  بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa Aali Saadatin Ghurri Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

WAJIB BACA SEJARAH INI .... Jawaban Mengejutkan Mengapa Makam Soekarno Juga Ada di Ujung Kulon?

Selain di Blitar, makam Ir. Soekarno juga ada di pulau Ujung Kulon, Pandeglang, Banten. Pulau seluas 22.956 hektar tersebut dipilih Soekarno karena ia pernah hidup di Banten bersama istrinya, namun tidak memiliki keturunan. Meskipun Bung Karno menikah berkali-kali, konon, hanya dari ibunya mantan Presiden Megawati saja yang melahirkan keturunan.

Soekarno hidup di Banten tapi makamnya yang ada di Blitar sudah ada. Artinya, Soekarno hidup kembali. Uniknya, ia hidup tidak menggunakan nama lama. Seperti reinkarnasi saja, Soekarno bisa mengubah dirinya jadi laki-laki keturunan asing yang sangat kaya raya.

Cerita yang didapatkan dutaislam.com, sebelum meninggal di Banten itu, ia berpesan kepada istri dan warga sekitar agar kalau sudah wafat, ia minta dimakamkan di Pulau Ujung Kulon, Pandeglang, Banten berdampingan dengan makam leluhur Nusantara bernama Patih Gajah Mada.
Soekarno hidup kembali dengan wajah orang asing Belanda karena ingin menyelematkan pulau-pulau di Banten dari ancaman orang asing juga. Dengan harta yang entah didapatkan darimana, ia membeli puluhan pulau di Banten. Jumlah pulau yang ada di sana, kini jumlahnya ada 64 nama.

Puluhan pulau itu, dulu sebagian besarnya adalah milik orang asing yang hakikinya Soekarno tersebut. Karena ia tidak memiliki keturunan, pulau-pulau tersebut akhirnya dikuasakan kepada negara setelah meninggal. Inilah cara Soekarno menyelamatkan pulau-pulau sekitar Banten, yang, pasca proklamasi, dijadikan target caplokan Belanda. Soekarno masih menjaga keutuhan NKRI.

Warga Pandeglang mengetahui kalau laki-laki kaya ber-KTP asing tersebut adalah Soekarno sesaat setelah ia meninggal. Wajah bule itu tiba-tiba berubah mirip seperti Soekarno ketika akan dimakamkan. Ini hanya salah satu bukti kalau Soekarno adalah bagian daripada wali Allah yang sangat peduli kepada alam, negara dan kamakmuran manusia, sebagaimana tugas para waliyullah umumnya.

Tidak perlu heran dengan cerita di atas. Nabi sendiri sudah menggariskan tentang rahasia ruh. Allah Swt. kuasa membuat demikian. Jika ruh menampaakkan diri jadi jasad manusia, itu karena kualitas pribadi yang dititipi ruh tersebut sangat mulia.

Makam Mbah Sholeh, murid Sunan Ampel yang dulu menjadi merbot masjid Ampel juga ada sembilan. Itu bagian dari karomah wali Allah. Soekarno bagian dari karomah ini. Ini belum lagi bicara soal dimana sebenarnya jasad Siti Jenar dimakamkan, tambah rumit lagi menggunakan pendekatan akal. Al Fatihah ila Bung Karno! [dutaislam.com/ ab]

Source:
Cerita ini didapatkan langsung dari warga Pandeglang Banten saat bertemu dengan tim redaksi dutaislam.com pada Ahad (20/11/2016).

sumber 

BACA DAN SEBARKAN !!! Dihujat Dan Diancam Akan Dibunuh, Ini Sindiran Menohok Afi Untuk Pembullynya


Imbas dari tulisan 'Warisan' yang dibuat siswi SMA asal Banyuwangi, Asa Firda Inayah (19), berbuntut panjang. Betapa tidak, setelah tulisan itu viral, pemilik akun jejaring sosial Facebook Afi Nihaya Faradisa ini kerap dirisak, dihujat bahkan diancam akan dibunuh.

Ia mengaku sering mendapat ancaman pasca statusnya di akun Facebooknya viral dan disukai banyak orang. Ancaman itu datang dari inbox di Facebooknya dan telepon dari orang tidak dikenal.

"Saya dianggap sebagai liberal, sekuler dan tidak berpihak kepada Islam," kata siswi kelas III SMA Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi itu saat ditemui di Kota Malang, Jumat (19/5/2017).


Seolah memberikan jawaban kepada para pengancam serta penghujatnya, Senin (22/5/2017), Afi pun kembali mengunggah tulisan sarat sindiran di Facebook miliknya. Tulisan itu berjudul 'Cara Agar Hidupmu Damai di Negeri ini'.


Di tulisan itu, Afi seolah berperan sebagai seorang kakak yang menasihati adik-adiknya, namun sarat kalimat bermajas sarkasme. Dalam tulisan itu, Afi meminta agar para adik kelasnya jangan pernah bersuara, jangan pernah percaya diri, jangan bersikap kritis, jangan berpendapat, jangan suarakan keresahan, jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.

"Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik. Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik. Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan," tulis Afi.


Afi pun seolah memberikan contoh dirinya yang vokal dan pemikirannya berbeda sehingga mendapatkan banyak hujatan dan makian.

"Adik-adikku para harapan bangsa, belakangan ini seorang anak telah membuktikannya. Entah berapa ribu kali pesan penghakiman telah dilontarkan orang. Entah berapa ribu kali ia dikatakan tidak pernah ngaji atau tidak berpihak pada agama yang ia anut dengan keputusannya sediri. Ia memaparkan pandangan universal yang dipahami oleh semua agama, sedangkan beberapa orang memberi tanggapan dan tandingan hanya dengan menggunakan perspektif yang berasal dari keyakinannya sendiri. Dimana nyambungnya?" tulis Afi.


Di akhir tulisan, Afi pun menggambarkan bagaimana negeri yang ditinggalinya dan secara sarkasme, meminta adik-adik kelasnya memupuskan harapan mereka.


"Ingatlah yang kakak sampaikan. Jangan terlalu tinggi harapan! Kau lihat sendiri, di negeri ini, Korupsi, rusak moral, dan sepi nalar tidak apa-apa, asalkan kau tidak berkata terlampau jujur terhadap realita," tulis Afi.


Berikut tulisan lengkap Afi:

CARA AGAR HIDUPMU DAMAI DI NEGERI INI


Teruntuk adik-adikku di SMP dan SMA, jangan pernah bersuara. Jangan pernah percaya diri untuk tampil berbeda. Jangan bersikap kritis. Jangan berpendapat. Jangan suarakan keresahan kalian. Jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.


Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik.


Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik. 
Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan.
Wahai adik-adikku yang akan memimpin para orang dewasa itu di negeri ini beberapa tahun lagi, sekolah ya sekolah saja. Datang, duduk, kerjakan tugas, ujian, pulang. Jangan berani mengkritik sistem pendidikan, guru, atau peristiwa di sekitarmu.

Kau hanyalah bocah yang tak tahu apa-apa, lalu apa hakmu untuk bersuara?


Simpanlah rasa keprihatinanmu untuk diri sendiri, jangan sampai mereka melumatmu bertubi-tubi. Kalau bisa jadilah anak yang datar, yang biasa-biasa saja. 
Tak banyak menarik perhatian, kujamin kau aman. Jadilah seperti umumnya anak-anak lain yang memenuhi hapenya dengan foto selfie, menghabiskan waktu nongkrong di kafe, eksis di mana-mana.

Jangan sampai kalah penampilan sama teman-temanmu itu. Bersenang-senanglah juga selagi muda, haha hihi chatting sama pacar, lalu piknik kalau lagi jenuh. Hobi menulis atau membaca itu terlalu sederhana, tidak memberi kebanggaan kalau dipamerkan ke teman.

Dan curang atau nyontek saja kalau kesulitan mengerjakan soal ujian, kemudian saat lulus corat-coret baju dan konvoi di jalan raya. Pada akhirnya, saat kau punya rasa penasaran yang tidak terpuaskan, kau akan merasa wajar ketika mencari obatnya dari lingkungan yang menggiringmu pada seks, narkoba, dan kenakalan khas remaja. 

Bukankah juga banyak temanmu yang seperti itu?


Jadi adik-adikku, jangan mikir yang berat-berat, apalagi belajar untuk jadi bijaksana dan berpemikiran terbuka sejak usia muda. 
Karena alih-alih diapresiasi, kau mungkin akan dilumat bertubi-tubi. Tidak usah.

Adik-adikku para harapan bangsa, Belakangan ini seorang anak telah membuktikannya. Entah berapa ribu kali pesan penghakiman telah dilontarkan orang. Entah berapa ribu kali ia dikatakan tidak pernah ngaji atau tidak berpihak pada agama yang ia anut dengan keputusannya sediri.


Ia memaparkan pandangan universal yang dipahami oleh semua agama, sedangkan beberapa orang memberi tanggapan dan tandingan hanya dengan menggunakan perspektif yang berasal dari keyakinannya sendiri.


Dimana nyambungnya?


Justru itulah yang coba anak itu sampaikan, mengapa beberapa orang memaksakan kebenaran agamanya dan menutup mata bahwa orang lain pun juga meyakini hal yang sama terhadap agamanya.


Apakah kau menyadari bahwa tiap pemeluk di tiap agama itu sama taatnya, sama tulusnya, dan sama yakinnya denganmu?


Apakah kau sadar bahwa masing-masing juga punya kitab yang menurut versi mereka adalah sebuah kebenaran yang tak terbantahkan?


Apakah kau sadar bahwa mereka juga bisa membela imannya dengan kegigihan yang sama?


Apa yang coba ia sampaikan hanyalah untuk menjaga kerukunan, hanyalah untuk menghormati klaim kebenaran versi sendiri-sendiri.


Tuhan menciptakan kita dengan pikiran yang berbeda, tidak diseragamkan sesuai kehendak orang yang (cuma) merasa jadi wakil-Nya. 
Ia hanya menyampaikan bahwa bersikap takwa dan setia pada agama tidak harus dengan mendiskreditkan keyakinan yang berbeda.

Betapa susahnya memahami hal sesederhana itu saja, sampai-sampai bullyan tak hentinya datang. Adik-adikku sayang, Ingatlah yang kakak sampaikan.


Jangan terlalu tinggi harapan! Kau lihat sendiri, di negeri ini, Korupsi, rusak moral, dan sepi nalar tidak apa-apa, asalkan kau tidak berkata terlampau jujur terhadap realita.


Afi Nihaya Faradisa

SUMBER ; planet.merdeka.com

RUGI TIDAK BACA..... Ternyata Hingga 2021 Puasa dan Lebaran Bakal Seragam, Begini Alasannya

Kudus – Di Indonesia, perbedaan awal puasa dan Idul Fitri sudah menjadi hal yang biasa. Namun pada tahun 2017 ini, awal puasa dan Lebaran diperkirakan akan seragam. Tak hanya tahun ini saja, keseragaman ini diprediksi akan berlangsung hingga tahun 2021 mendatang.
Selama ini perbedaan awal Ramadan maupun Idul Fitri terjadi, lantaran penggunaan metode yang digunakan untuk menentukan bulan baru. Dua ormas keagamaan NU dan Muhammadiyah mempunyai dua pendekatan yang berbeda.
Muhammadiyah, menggunakan metode wujudul hilal atau yang lebih dikenal dengan istilah hisab. Pendekatan tersebut menetapkan jatuhnya awal Ramadhan dan Idul Fitri dengan menghitung posisi bumi terhadap matahari dan bulan secara matematis dan astronomis.
Sementara NU menggunakan metode rukyatul hilal atau lebih dikenal dengan istilah rukyat. Rukyat merupakan suatu metode yang hanya mengamati visibilitas hilal tanpa memperhitungkannya secara matematis dan astronomis.
Perbedaan terjadi lantaran posisi hilal masih berada di antara 0-2 derajat. “Selama ini perbedaan muncul karena posisi bulan antara 0 – 2 derajat, sehingga tidak bisa teramati secara langsung. Namun perhitungan astronomis sudah menunjukkan hilal tampak,” kata Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dikutip dari Kompas.com, Kamis (25/5/2017).
Ia menyebut, pada tahun 2017 hingga 2012, awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha kemungkinan besar akan sama. Posisi bulan di langit saat awal bulan komariah pada tahun tersebut, cukup mendukung keseragaman hari-hari penting bagi umat muslim.
“Sampai tahun 2021, posisi bulan di luar 0-2 derajat. Jadi, ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan sama,” ujarnya.
Ada dua syarat sehingga hilal – bulan sabit sangat tipis penanda awal bulan komariah – dinyatakan sah dan bisa jadi tanda awal bulan. Pertama, hilal harus cukup tebal dan menonjol di tengah cahaya senja. Kedua, hilal harus cukup tinggi sehingga cahayanya tidak pudar oleh pengaruh matahari senja.
Pada awal puasa 2017 nanti, posisi bulan diperkirakan sudah pada ketinggian 7 – 8 derajat dari ufuk sehingga akan mudah terlihat. Sementara, saat Lebaran, ketinggian diprediksi 2-3 derajat.
sumber ; koranmuria.com